KASIH KARUNIA TUHAN SEMAKIN BESAR DI DALAM KELEMAHAN KITA

KSW_5210.JPG

Kita harus mengerti hidup kekristenan, hidup kita adalah hidup karena percaya, percaya sesuatu yang benar. Banyak orang Kristen yang hidupnya menderita bukan karena pekerjaan Tuhan Yesus di atas kayu salib belum selesai, banyak orang Kristen yang hidupnya menderita karena mereka percaya sesuatu yang salah.

Percaya sesuatu yang benar merupakan hal yang sangat penting di dalam hidup kita sebagai orang percaya, karena akan mempengaruhi seluruh area hidup kita, akan mempengaruhi kesehatan kita, akan mempengaruhi jiwa kita, termasuk mempengaruhi kehidupan kita secara finansial.

Injil, kabar baik bukan tentang melakukan sesuatu yang benar, melakukan sesuatu yang benar itu penting, melakukan sesuatu yang benar itu harus, tetapi Alkitab mengatakan orang benar akan hidup oleh iman. Ayat ini adalah ayat yang membuat Martin Luther melakukan reformasi. Sebelumnya Martin Luther adalah seorang biarawan, hidupnya dibuat menderita, karena Martin Luther percaya semakin dia menderita maka semakin dia berkenan di hadapan Allah.

Suatu hari Martin Luther membaca Perjanjian Baru, ayat yang dia baca adalah orang benar akan hidup oleh iman, dan iman tidak lain tidak bukan adalah tentang percaya sesuatu yang benar. Untuk bisa ke Sorga kita tidak perlu melakukan apapun, untuk bisa ke Sorga kita tidak perlu mengorbankan apapun, cukup percaya dan menerima apa yang sudah Tuhan Yesus selesaikan di atas kayu salib maka nama kita tercatat di Sorga.

Firman Tuhan dalam Roma 6:1-2: 1Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? 2Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih hidup di dalamnya? Setiap kali kita berbicara tentang Injil kasih karunia, pasti akan terjadi pertentangan, kalau kita perhatikan ayat-ayat sebelumnya di sana Paulus berkata sesuatu yang ekstrim, “Tetapi hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak, dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah.”

Paulus tahu ketika Paulus berkata demikian pasti langsung terjadi pertentangan, orang-orang akan berkata, “Kalau demikian halnya nanti orang semakin seenak-enaknya berbuat dosa, nanti orang akan bertekun dalam dosa, supaya kasih karunia bertambah banyak.” Itu sebabnya Paulus langsung counter, “Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa supaya semakin bertambah kasih karunia? Sekali-kali tidak.”

Jadi Paulus berkata demikian bukan untuk memberi semangat kepada orang-orang untuk berbuat dosa supaya kasih karunia semakin bertambah, “Ayo buat dosa lebih banyak supaya lebih banyak kasih karunia”, ini bodoh. Paulus tidak pernah berkata demikian, di Gereja ini pun juga tidak pernah dikatakan demikian.

Seperti halnya begini; kalau tulang patah, dan sembuh dengan sempurna maka tulang itu lebih kuat dari sebelumnya. Kemudian kita berkesimpulan, “Ayo kita patahkan tulang-tulang kita supaya bisa jadi lebih kuat”, ini bodoh. Tetapi kalau tulang kita patah, percayakan kepada Tuhan untuk memiliki tulang yang lebih kuat.

Jadi orang-orang hanya memutarbalikan perkataan Paulus, orang hanya mencari-cari kelemahan dari perkataan Paulus, sesungguhnya bukan itu yang Paulus maksudkan, tetapi kebenaran tetap tinggal untuk selama-lamanya; “Di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah.”

Ketika kita melihat generasi sekarang, banyak di antara kita yang mengatakan, “Aduh, generasi sekarang sangat mengerikan, dulu generasi saya belum ada internet, belum ada Facebook, belum ada Twitter, sekarang mereka dengan mudah mengakses situs-situs yang tidak baik”, ini benar.

Dulu generasi orang tua saat ini memang belum ada yang seperti demikian, tetapi percayalah, waktu itu tetap saja kita punya cara lain yang lebih kreatif untuk berbuat dosa. Apa yang kita katakan benar, generasi sekarang mengerikan, sekarang bagaimana caranya kita memandang semuanya ini, kita butuh percaya sesuatu yang benar.

Ketika kita melihat generasi ini, betul memang mengerikan, jujur kita takut. Tetapi ketika kita percaya sesuatu yang benar, di mana dosa bertambah banyak di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah, kita bisa rest, kenapa? Karena kita melihat ada kasih karunia Tuhan berlimpah-limpah buat mereka.

Ketika kita mengalami kegagalan, ketika kita berbuat sesuatu yang salah, bagaimana kita memandang dan menilai diri kita? Kebanyakan orang masih terikat dengan apa yang pernah dilakukan di masa lalu, menyesal tidak pernah ada habisnya. “Kalau saja saya tidak melakukan hal itu, kalau saja pada waktu itu saya tidak salah jalan.”

Atau ketika sesuatu yang buruk terjadi pada seseorang, maka orang itu akan berkata, “Ini pasti karena apa yang pernah saya lakukan dulu. Ini terjadi pasti karena dosa di masa lalu.” Saat kita menonton film, menonton sinetron, mereka juga mengatakan hal yang sama, “Kalau anak kita hidupnya menderita seperti ini, ini pasti karena dosa kita”, kemudian ibunya berkata, “Tuhan, kenapa Tuhan tidak menghukum saya saja?”, pernah dengar yang seperti ini? Inilah cara dunia memandang dosa.

Lihat cara-Nya Allah memandang dosa. Allah benci dosa, karena Allah adalah Allah yang kudus. Tetapi kita juga harus ingat; Allah adalah kasih. Allah mengasihi kita. Kalau Allah membuang kita semua ke neraka, di manakah kasih itu? Dan kalau Allah membiarkan semua dosa kita begitu saja di manakah kekudusan itu? Di atas kayu salib, kita akan melihat kedua-duanya, kekudusan Tuhan dan kasih Tuhan bertemu dan dipuaskan.

Allah memberikan Anak-Nya, Anak-Nya tidak berdosa, di dalam Dia tidak ada dosa. Kita orang berdosa. Yang mana yang Allah sayangkan? Kita, karena Alkitab mengatakan, “Dia yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua.”

Allah menghukum Anak-Nya bukan karena dosa yang Anak-Nya perbuat, Allah menghukum Anak-Nya karena dosa yang Anak-Nya tanggung, dosa siapa? Dosa kita. Allah menghukum semua dosa kita di tubuh Anak-Nya, ini yang namanya kekudusan Tuhan. Allah tidak menghukum dosa kita di tubuh kita. Ini yang namanya kasih Tuhan. Allah begitu mengasihi kita.

Beginilah cara Allah memandang dosa kita, Allah menghukum semua dosa kita di tubuh Anak-Nya, Allah tidak bisa membiarkan dosa, kalau Allah membiarkan dosa, maka Allah bukan Allah yang kudus. Allah menghukum semua dosa kita di tubuh Anak-Nya, bukan di tubuh kita, ini menunjukkan betapa Tuhan mengasihi kita.

Dan ketika Yesus berteriak, “It is finish”, maka semua pintu berkat terbuka, tabir yang selama ini memisahkan antara Allah dan manusia robek, darah yang sama yang merobek tirai pemisah antara Allah dengan manusia adalah darah yang sama yang menguduskan semua dosa kita, sehingga hari ini kita mempunyai dasar yang benar untuk berdiri di hadapan Allah, ini yang sudah Tuhan Yesus lakukan buat kita.

Ada seorang murid Yesus yang bernama Simon Petrus. Yesus melihat kepada Simon Petrus dan Yesus bertanya kepada Simon Petrus, “Apa katamu, siapakah Aku ini?” Kemudian Petrus menjawab, “Engkau adalah Mesias.” Yesus berkata, “Diberkatilah engkau Petrus, karena bukan manusia yang menyatakan ini, tetapi Bapa-Ku di Sorga”, luar biasa Petrus.

Tetapi semalam sebelum Yesus disalibkan, Petrus menyangkal Yesus sampai tiga kali dengan bersumpah dan mengutuk bahwa Petrus tidak pernah kenal dengan Yesus. Alkitab mengatakan bahwa setelah Petrus menyangkal Yesus, ayam berkokok tiga kali, dan Yesus berpaling melihat Petrus.

Buat Petrus ketika Yesus berpaling mungkin dalam hatinya Petrus berpikir seolah-olah Yesus berkata, “Aku pernah kasih tahu apa yang akan terjadi kepadamu.” Tetapi sesungguhnya Yesus mau berkata, “Petrus, sekalipun kamu menyangkal Aku, Aku tetap mengasihimu.” Pada saat itu Petrus hancur, Petrus lari sambil menangis.

Ada satu murid yang lain namanya Yudas Iskariot. Yudas mengkhianati Yesus dengan tiga puluh syikal uang perak. Semalam sebelum Yesus disalib, Yudas gantung diri. Gantung diri merupakan salah satu bentuk kesombongan, membunuh diri sendiri, salah satu bentuk merasa diri benar; “Saya sanggup bayar dosa saya sendiri.”

Kalau saja Yudas menunggu beberapa jam lagi, Yesus tergantung di atas kayu salib, Yudas tidak perlu menggantung dirinya. Yesus tergantung di atas kayu salib untuk dosa-dosa kita. Dosa Petrus bisa jadi setara dengan dosanya Yudas, tetapi masalahnya, bedanya; Petrus menunggu, menunggu apa? Menunggu pengampunan dosa.

Apa yang terjadi kepada Petrus setelah itu? Alkitab mengatakan; setelah lewat hari Sabat, yaitu hari Minggu, Yesus bangkit. Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus dan Salome pergi ke kubur Yesus untuk meminyaki Yesus. Waktu mereka tiba di kubur Yesus, mereka melihat batu yang menutup pintu kubur sudah terguling.

Markus 16:5-7: 5Lalu mereka masuk ke dalam kubur dan mereka melihat seorang muda yang memakai jubah putih duduk di sebelah kanan. Mereka pun sangat terkejut, 6tetapi orang muda itu berkata kepada mereka: “Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia. 7Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakan-Nya kepada kamu.” Kita percaya bahwa apa yang dikatakan malaikat di sini adalah perintah dari Tuhan, malaikat berkata, “Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus”, di antara semua murid-murid Tuhan Yesus, nama Petrus disebutkan secara tersendiri, Petrus mendapat perhatian secara khusus. Kenapa? Di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah.

Tuhan Yesus kita adalah Tuhan yang luar biasa. Siapa yang seharusnya paling merasa malu? Petrus. Siapa yang seharusnya menangis? Petrus. Siapa yang jatuh yang seharusnya tidak bisa diampuni dan dipulihkan lagi? Petrus. Siapa yang seharusnya tidak bisa dipercaya lagi? Petrus.

Satu minggu kemudian, Yesus menampakkan diri kembali kepada murid-murid-Nya. Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya yang sedang menangkap ikan di pantai danau Galilea, kebanyakan kita mungkin sudah tahu ceritanya. Yesus membuat sarapan untuk murid-murid-Nya.

Kemudian Yesus melihat Petrus, Yesus bertanya kepada Petrus, Simon anak Yohanes apakah engkau mengasihi Aku? Petrus berkata benar Tuhan. Kemudian Yesus berkata kepada Petrus, gembalakan domba-domba-Ku. Untuk yang kedua kalinya Yesus bertanya kepada Petrus, Simon anak Yohanes apakah engkau mengasihi Aku. Petrus menjawab yang sama benar Tuhan, Yesus berkata kepada Petrus, gembalakan domba-domba-Ku. Untuk yang ketiga kalinya Simon anak Yohanes apakah engkau mengasihi Aku, gembalakan domba-domba-Ku.

Sebagaimana saudara dan saya ketahui, Petrus sudah menyangkal Yesus tiga kali, mungkin orang akan berpendapat Petrus sudah tidak bisa dipercaya lagi, tetapi justru di sini Yesus memberikan kehormatan yang spesial, Yesus mempercayakan domba-domba-Nya kepada Petrus. Kenapa? Sekali lagi di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah.

Kisah Para Rasul 2:38-41: 38Jawab Petrus kepada mereka: “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus. 39Sebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu dan bagi orang yang masih jauh, yaitu sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita.” 40Dan dengan banyak perkataan lain lagi ia memberi suatu kesaksian yang sungguh-sungguh dan ia mengecam dan menasihati mereka, katanya: “Berilah dirimu diselamatkan dari angkatan yang jahat ini.” 41Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. Saudara perhatikan baik-baik, apa judul perikopnya? Kotbah Petrus, lima puluh hari kemudian dari kebangkitan Yesus, hari Pentakosta, Petrus berkotbah, Alkitab mencatat orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. Mulut yang sama yang menyangkal Yesus dengan mengutuk dan bersumpah sebanyak tiga kali, waktu mulut ini berkotbah, mulut yang sama menyelamatkan tiga ribu jiwa. Kenapa? Sekali lagi di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah.

Daud membunuh seseorang dan terlibat perzinahan dengan isteri orang yang Daud bunuh. Ini adalah bagian yang paling gelap dalam kehidupan seseorang yang Alkitab katakan orang berkenan di hadapan Tuhan. Daud terlibat perzinahan dengan Batsyeba, dan Daud kehilangan anaknya.

Singkat cerita Daud menikahi Batsyeba, sebagaimana saudara dan saya ketahui Daud mempunyai dua puluh anak laki-laki dan satu anak perempuan. Alkitab mengatakan dari wanita yang sama Batsyeba, setelah Daud kehilangan anaknya yang pertama dari Batsyeba, dari wanita yang sama setelah Daud menikahinya, Daud mendapatkan seorang anak laki-laki yang bernama Salomo.

Dari antara anak-anaknya Daud yang dilahirkan dari beberapa wanita yang berbeda, yang dipilih Allah untuk menggantikan Daud, di mana masa-masanya disebut masa-masa keemasan Israel, tidak ada raja seperti Dia, namanya Salomo, hasil pernikahan dengan Batsyeba. Kenapa? Sekali lagi di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah.

Di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah. Apa yang Paulus katakan di sini maksudnya bukan ayo kita berbuat dosa banyak-banyak supaya kasih karunia semakin banyak. Bukan itu maksudnya, saudara salah mengerti apa yang Paulus maksudkan di sini.

Apa yang Paulus maksudkan di sini, kalau saudara mengalami kegagalan, kalau saudara berbuat sesuatu yang salah, kalau saudara berbuat dosa, kalau sekarang saudara ada dalam bagian hidup saudara yang paling gelap karena apa yang saudara lakukan, kalau ada area yang lemah di dalam hidup saudara, percaya ini, jangan takut, jangan merasa kecil hati, ingat baik-baik Tuhan tetap mengasihimu, dan di sana ada kasih karunia Tuhan yang berlimpah-limpah untuk menyelamatkan saudara dan saya.